JANGAN MUDAH PUTUS ASA
JANGAN MUDAH BERPUTUS ASA
Bismillahirrohmanirrohim, Assalamualaikum wr wb.
Setiap manusia pastilah berhadapan dengan berbagai bentuk ujian. Itulah hakikat hidup, ada yang diuji dengan kegagalan, penindasan dan masalah, ada yang diuji dengan kebaikan, kekayaan, kemiskinan dan bahkan ada juga yang diuji dengan kesalahan, dosa-dosa, dan sebagainya.
Pendek kata, semua orang pernah dan akan diuji. Persoalan yang penting yang ingin disampaikan bukanlah sekadar untuk membedakan bentuk ujian itu namun yang lebih penting bagaimana kita menghadapi ujian tersebut.
Kita tidak perlu kecewa dan marah atau berputus asa jika berhadapan dengan pelbagai bentuk ujian tersebut. Sebagai seorang Muslim kita sepatutnya menjadikan ujian tersebut batu loncatan yang mengubah kita menjadi seorang yang lebih baik.
Bukankah Allah telah menyatakan: “Allah tidak akan sekali-kali mengubah nasib sesuatu kaum melainkan kaum tersebut sendiri yang mengubahnya”
Jadi kita jangan cepat berputus asa dalam berhadapan dengan ujian tersebut. Allah menyatakan dengan jelas dalam AlQuran bahawa sifat putus asa bukanlah sifat seorang Muslim. Allah menjelaskan hal ini dalam yang maknanya :
Katakanlah (Muhammad): “Wahai hambaku yang telah melakukan perbuatan maksiat, janganlah berputus asa dari rahmat Allah, karena sesungguhnya Allah mengampuni segala dosa; sesungguhnya Dia lah juga yang Maha Pengampun; lagi Maha Pengasih”.
Jika kita pernah gagal misalnya mencari pekerjaan, tidak lolos SMNPTN dan sebagainya, ini tidak berarti akan gagal selama-lamanya. Persoalan yang penting bukanlah bagaimana kita akan gagal tetapi bagaimana kita mengendalikan dan mengelola kegagalan tersebut.
Allah SWT Maha Adil dalam segala hal, sebaliknya manusialah yang mempunyai sifat gegabah. Mereka selalu menghadapi Qadha’ Allah dengan rasa kesal dan tidak rela, lebih-lebih kalau yang menimpanya itu sesuatu yang pahit.
Dia mengira kalau dia mendapat kesenangan itu membuktikan bahawa Allah senang kepadanya. Dan mengira bahawa Allah benci kepadanya jika ia mendapat bencana. Inilah gambaran akal manusia yang sangat terbatas.
Sedangkan Allah menafikan anggapan yang salah itu dalam firman-Nya : “Jika Allah mengujinya lalu dimuliakan-Nya dan diberikan-Nya kesenangan, maka dia berkata : Tuhanku telah memuliakanku. Namun bila Dia menguji dan membatasi rezekinya maka dia berkata: Tuhanku menghinakanku. Sekali-kali tidak demikian.
Anggapan manusia pada kedua keadaan itu keliru. Karena kelapangan atau kesempitan rezeki adalah ujian Nya. Apakah mereka bersyukur atau kufur nikmat, sabar menghadapi cobaan atau panik. Balasan untuk seseorang yang kelak diterimanya adalah sesuai dengan sikapnya menghadapi ujian itu. Kesimpulannya, janganlah kita mudah berputus asa.
Comments
Post a Comment